
Paracetamol adalah salah satu obat yang paling sering digunakan oleh masyarakat untuk meredakan demam dan nyeri. Obat ini mudah ditemukan di apotek maupun toko obat tanpa harus menggunakan resep dokter. Namun, meskipun tergolong aman, penggunaan paracetamol tetap harus sesuai dosis dan aturan pakai.
PAFI PONTIANAK (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengingatkan masyarakat bahwa penggunaan obat bebas seperti paracetamol tidak boleh dianggap sepele. Ketidaktahuan akan dosis aman dapat menimbulkan efek samping yang serius, terutama jika digunakan berlebihan atau dalam jangka waktu panjang.
Apa Itu Paracetamol?
Paracetamol, juga dikenal sebagai acetaminophen di beberapa negara, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi demam dan mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang. Paracetamol bekerja dengan menghambat produksi zat kimia di otak yang disebut prostaglandin, yang memicu rasa sakit dan demam.
Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk, seperti tablet, sirup, kapsul, suppositoria (untuk anak-anak), hingga infus yang digunakan di rumah sakit.
Kapan Paracetamol Digunakan?
Menurut panduan yang dibagikan oleh PAFI PONTIANAK, paracetamol dapat digunakan dalam beberapa kondisi seperti:
-
Demam akibat infeksi ringan
-
Sakit kepala
-
Nyeri otot dan sendi
-
Nyeri akibat flu
-
Sakit gigi
-
Nyeri haid
Namun, perlu dicatat bahwa paracetamol hanya mengurangi gejala, bukan menyembuhkan penyebab utama dari sakit yang dialami. Jika gejala berlangsung lebih dari 3 hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Dosis Aman Paracetamol
Salah satu hal terpenting dalam penggunaan paracetamol adalah memperhatikan dosisnya. Berdasarkan panduan dari PAFI PONTIANAK, berikut adalah aturan dosis umum yang dianjurkan:
-
Dewasa: 500 mg hingga 1000 mg per dosis, maksimal 4 gram (4000 mg) dalam 24 jam.
-
Anak-anak: Dosis disesuaikan dengan berat badan, umumnya 10–15 mg per kilogram berat badan, maksimal 4 kali dalam sehari.
Contohnya, jika anak memiliki berat badan 20 kg, maka dosis per sekali minum adalah 200–300 mg, dengan jarak waktu minimal 4 jam antar dosis.
Risiko Jika Overdosis
Mengonsumsi paracetamol melebihi dosis yang disarankan bisa sangat berbahaya, terutama bagi fungsi hati. Overdosis paracetamol adalah salah satu penyebab umum keracunan obat di seluruh dunia.
Gejala overdosis bisa muncul beberapa jam setelah konsumsi berlebihan, di antaranya:
-
Mual dan muntah
-
Nyeri perut bagian kanan atas
-
Lemas
-
Kulit dan mata menguning (tanda gangguan hati)
PAFI PONTIANAK menekankan pentingnya membaca label kemasan dan memperhatikan kandungan paracetamol jika sedang mengonsumsi obat lain, karena beberapa obat flu atau nyeri juga bisa mengandung paracetamol.
Interaksi dan Peringatan
Meskipun tergolong aman, ada beberapa kondisi di mana penggunaan paracetamol harus lebih berhati-hati:
-
Pengguna alkohol berat: Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kerusakan hati saat menggunakan paracetamol.
-
Penderita gangguan hati: Harus mendapatkan pengawasan ketat dari tenaga medis sebelum mengonsumsi paracetamol.
-
Penggunaan jangka panjang: Tidak disarankan menggunakan paracetamol setiap hari dalam jangka waktu lama tanpa anjuran dokter.
Selain itu, PAFI PONTIANAK juga mengingatkan agar obat ini disimpan dengan aman, jauh dari jangkauan anak-anak, dan jangan memberikan dosis dewasa kepada anak-anak.
Tips Penggunaan Paracetamol yang Benar
Agar lebih aman dan efektif, PAFI PONTIANAK memberikan beberapa tips penggunaan paracetamol yang tepat:
-
Gunakan sesuai dosis dan petunjuk pada kemasan
-
Jangan menggandakan dosis jika lupa minum
-
Hindari penggunaan bersamaan dengan obat lain yang mengandung paracetamol
-
Perhatikan jeda waktu minimal 4 jam antar dosis
-
Bila demam atau nyeri tidak kunjung membaik dalam 3 hari, konsultasikan ke dokter
Paracetamol adalah solusi praktis untuk meredakan demam dan nyeri, namun bukan berarti bisa digunakan sembarangan. Pemahaman yang benar mengenai dosis, cara pakai, dan efek samping sangat penting untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih besar.
PAFI PONTIANAK (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengajak seluruh masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan obat bebas. Konsultasikan dengan apoteker atau tenaga kesehatan bila ragu dalam penggunaan obat, karena keselamatan Anda adalah prioritas utama.